Penerjemah: ManChan
Editor: yNats
Alasan kenapa Oshio[1]Sota bekerja meskipun dia masih sekolah—yang mana pekerjaan paruh waktu dilarang—adalah karena tempat ini, “Kafe Tutuji” adalah milik ayahnya.
Tapi untuknya, itu hanyalah sebuah misteri.
“Hmmm, lebih dekat? Mungkin ini lebih baik kalau lebih dekat ... ..? Sedekat ini ... Sangat panas ...”
Di kursi teras yang menghadap ke taman bunga kami, yang merupakan kebanggaan dari toko kami, ada sosok seorang gadis sekolah menengah memegang smartphone sambil menggumamkan sesuatu di depan pancake yang baru dibuat.
Gadis itu, dia terlihat familiar.
“Dia Sato-san, kan?”
Satou Koharu, seorang gadis dari kelas yang sama dengan ku. Dia memiliki nama lain, yaitu "si Dewi Garam Satou-san[2]."
Dia memiliki rambut coklat gaya ponytail luar-dalam, ditambah dengan hidung yang tajam dan mata bundar yang besar.
Dia ada diantara cantik dan menawan. Dia juga adalah orang yang cukup menarik perhatian orang lain.
Ditambah dengan nama yang terdengar imut, “Koharu”, membuatnya banyak orang yang mencoba untuk mendekatinya.
Dengan kata lain, poin utamanya adalah karakteristiknya.
… Pertama-tama, kita bahkan tidak sedekat itu.
Itu adalah kalimat legendaris yang akan diucapkan oleh Satou Koharu saat dia diajak berkencan oleh seorang lelaki tampan.
Itu selalu tejadi beberapa detik setelah lelaki tampan melontarkan kalimatnya. Sambil mengatakan itu, dia tetap tidak berekspresi sedikitpun.
Apakah dia seorang profesional dalam menghancurkan hati orang?
Tentu saja itu belum semuanya.
Tanpa memandang usia dan jenis kelamin, Satou-san adalah dewi garam.
“TIDAK.” “Ini merepotkan.” “Jadi apa?”
Jadi, kata-kata dingin semacam itu seperti senapan yang ditembakan dari wajahnya yang tanpa ekspresi.
Mungkin saja, alasan kenapa dia mencoba menjauhi semua orang adalah karena penampilannya yang terlalu cantik.
Mengakui kehebatannya dalam menembak jatuh orang yang mencoba mendekatinya, dia adalah “si Dewi Garam Satou-san”
Nah, mari kita kesampingkan dulu hal itu sementara.
“Apa yang Satou-san lakukan di sini sendirian?”
Aku mengamatinya sambil menjaga jarak tertentu.
Satou-san memegang smartphone-nya di atas pancake sambil berkata, “bukan seperti ini”, “bukan seperti ini juga”, dan dia terus melakukannya.
Mencoba menggunakan akal sehatku, dia mungkin sedang mengambil gambar pancake.
“… Kenapa bisa ada orang yang memotret pancake dengan wajah yang sangat serius bagitu?”
Dia kelihatannya sangat berkonsentrasi, sampai-sampai tidak menyadari kalau akulah yang beberapa waktu lalu membawakan pancake-nya.
Oh, yang sedang kita bicarakan sekarang ini adalah Satou-san, jadi kemungkinan besar kalau dia bahkan tidak mengenali teman sekelasnya sendiri, jadi agar aku terhindar dari kemungkinan dia bertanya tentang siapa aku yang akan membuat perasaanku terluka, aku akan berpura-pura tidak mengenalnya.
Yang berarti, aku tidak bisa berpura-pura tidak tahu tentang hal-hal yang ingin kuketahui.
Sudah sewajarnya untuk datang sendirian ke kafe semacam ini.
Lagipula, dia seorang gadis sekolah menengah juga.
Lalu tiba-tiba, sambil membuat kerutan di wajah cantiknya, dia berkata,
“Dari sebelah mana agar aku bisa mendapatkan posisi yang bagus?”
… Aku medengar beberapa kalimat yang menarik, meskipun seharusnya tidak baik menguping pembicaraan seseorang.
Jadi aku berpikir untuk kembali kebelakang toko, saat aku akan pergi,
“Ada apa gadis muda, apa yang sedang kamu lakukan?”
Sekali lagi, aku mengalihkan pandangan ke arah Satou-san.
Ketika aku melihat ke sana, tiga laki-laki dari meja lain memanggil Satou-san.
Satou-san tampak bingung saat dirinya tiba-tiba dipanggil, tetapi setelah beberapa saat, dia bisa menenangkan dirinya dan merespon dengan sikap cantiknya yang biasa,
“Untuk apa kau memikirkan urusan ku?”
Dia berkata begitu dengan suara dingin yang membeku, bahkan aku bereaksi "oohh" tanpa sadar.
Dewi Garam Satou-san, tidak peduli pada siapapun orangnya.
Dia tetap akan mengatakan itu …
"Ha ha. Bukankah dia imut? Tidak perlu tegang.”
“Apa kamu sedang memotret gambar untuk diunggah ke Instagram? Biarkan aku meminjam Smartphone mu, dan sebagai gantinya aku akan memotret kamu.”
“Lalu, ayo kita saling berbagi email, ayo berikan~”
Jujur saja, aku mengagumi mereka.
Tiga pria itu, hanya dengan tertawa terbahak-bahak, mampu menahan mode Dewi Garam Satou-san.
Lebih dari itu, mereka bahkan mencoba mengambil smartphone Satou-san dengan paksa.
“He, Hentikan ...!”
Yah, bahkan Satou-san tidak akan bisa mengatasi ini.
Karena hal itu, aku bisa melihat wajahnya yang tanpa ekspresi hancur.
… Tentu saja, sebagai seorang penjaga kafe ini, aku tidak bisa mengabaikan apa yang sedang terjadi.
Menaruh nampanku, aku berjalan cepat mendekati para pria itu, lalu berdiri di hadapan mereka.
“Tempat ini bukan tempat semacam itu[3].”
Tepat saat smartphone Satou-san hampir diambil, aku mengatakannya sambil menunjuk tanda yang bertuliskan “Jangan mengganggu orang lain di sini!” yang terpajang di pintu masuk.
“Dia sepertinya sangat terganggu, bisakah Anda berhenti melakukannya?”
Meskipun tidak sedingin saat Satou-san berbicara, aku mengatakannya dengan nada dingin.
Para pria itu dan Satou-san menatapku kosong. Mungkin lebih baik kalau mereka menyerah, tapi—
“Ahahaha! Kau tidak perlu khawatir anak paruh-waktu, kami hanya sedang berbicara.”
“Benar, itu benar, sana kembali bekerja, kau mau digaji, kan?”
… Menebak dari wajah sombong yang terlihat bodoh itu, mereka sepertinya tidak memiliki niat untuk berhenti melakukannya. Ah, aku punya ide.
Sambil menghadap ke dapur, aku menaikan suaraku.
"Ayah! Sepertinya pancakemu sangat populer!”
"Ha?"
Menghadapi situasi baru, para pria itu mengeluarkan suara bodoh yang terdengar.
Wajah bodoh mereka berubah dalam sekejap.
Karena, dari bagian belakang dapur, datang seorang pria yang berotot yang terlihat mengerikan dan seperti monter. Sambil membuat suara berderak dengan tinjunya, dia datang mendekat kemari.
Yah, dalam hal ini, itu bukan rasa takut karena suatu alasan, tetapi rasa takut karena naluri.
“Heh?!”
“OH TIDAK, OH TIDAK, OH TIDAK!”
“KITA AKAN DI BUNUH!”
Mulai dari sini, semuanya berjalan begitu cepat.
Karena aku adalah siswa sekolah menengah, mereka meremehkanku, tapi saat ayahku keluar, mereka seolah melarikan diri dari goa beruang, mereka dengan cepat menghilang bagitu saja.
Pria monster otot yang datang terlambat, sambil membuat wajah garang, mengeluarkan suaranya yang nyaring.
“—Sialan! Mereka lagi-lagi pergi! Aku pikir, aku bisa mendapatkan kesan mereka hari ini!”
Dia adalah Oshio Seizaemon.
Dia adalah pemilik dari “Kafe Tutuji” ini yang sekaligus adalah ayahku.
Dia selalu memiliki tampang mengancam seperti “Jangan mencoba untuk bergerak!”, dan dia selalu berada di dapur, tetapi mimpinya adalah untuk menerima kesan “baik” langsung dari pelanggannya.
Sepertinya, tujuh tahun yang lalu dari awal dia membuka tempat ini, mimpinya belum terwujud sama sekali.
Pokoknya, dengan ini kasusnya sudah ditutup.
“Apakah kau baik-baik saja Satou-san?”
Aku baru saja melupakan kalau aku sedang ‘berpura-pura tidak mengenalnya’, dan secara tidak sengaja memanggilnya dengan namanya.
Ketika aku memanggil namanya, dia menatap wajahku, heran.
“Oshio—kun?”
Oh, dia tahu namaku …
Aku bisa merasakan perasaan lega dihatiku…
Dari mata Satou-san, setetes air mata mulai jatuh.
Disaat berikutnya yang lebih mengejutkan, Satou-san… memeluku.
“Uh, Uuuuuuuhh … Aku sangat ketakutan…!”
Apa dia benar-benar si Dewi Garam Satou-san?
Untuk beberapa saat, Satou-san terus menangis seperti anak kecil dalam posisi yang sama.
[1] Namanya memiliki arti “Garam”
[2] Dalam bahasa Jepang, ‘Sato’ bisa diartikan gula, tapi karena sifat Sato yang seperti itu, gula diubah jadi Garam.
[3] Yang di maksud Sota adalah RED Light District, Amsterdam di Belanda yang menghadirkan suasana dan ”pemandangan” tidak biasa. Prostitusi yang diharamkan di banyak negara, di sana justru legal dan bisa memberikan pemasukan pajak cukup besar bagi negara.
Comment Now
0 Comments
Please wait....
Disqus comment box is being loaded